Perlukah Menakuti - nakuti Anak?
Seorang ibu kesulitan membuat anaknya yang sedang demam tinggi meminum resep obat yang diberikan dokter. "Nak, bagaimana kamu mau sembuh kalau tidak mau minum obat? Ayo minum obatnya ya."
Menakut - nakuti seolah menjadi cara praktis dan jitu untuk menghentikan mereka (anak - anak) dari apa yang sedang mereka kerjakan. Dalih pembenaran membuat orang dewasa merasa sah - sah saja dengan sikap ini. Sebagai contoh:
1. Misalnya kita khawatir anak tersebut terpeleset di kamar mandi ketika dia belum bersedia keluar dari kamar mandi karena masih ingin main, maka dengan lancarnya kita katakan "hayooo ada apa itu di kamar mandi?? hayooo..ada hantu dek!"
2. "ayoo makan atau nanti mama panggil dokter mau? biar kamu di kasih obat trus di suntik?!"
3. anak merengek minta ikut begitu melihat mamanya berdandan seperti biasanya bila mengajak dia bepergian ke mal atau ke tempat menyenangkan lainnya. Namun kali ini sang mama tidak hendak mengajaknya.."kamu di rumah saja, orang mama mau ke rumah sakit. Apa kamu mau disuntik?"
4. "jangan lakukan atau nantiiii bla bla bla..."
Terkadang kita -orang dewasa- dipaksa untuk menaikkan tingkat menakuti - nakuti tadi menjadi lebih tinggi karena mereka -anak - anak- telah menjadi kebal akan ancaman sebelumnya, sebab terlalu seringnya kita gunakan. Oke lah kita anggap semua trik tadi sukses. Tapi tahukah kita kelak ucapan atau perbuatan kita tadi menjadi momok menakutkan bagi kita sendiri. Sehinggakan membuat kita berada pada situasi dimana pada akhirnya terpaksa menjilat ludah sendiri. Kok bisa?
Mari kita renungkan kembali...
Ketika anak sakit, kemudian dia butuh untuk ke rumah sakit, diperiksa dokter lalu meminum resep obat yang diberikan, maka salah siapa bila anak kita menjadi memberontak? Takut tidak karuan dengan rumah sakit, dokter, serta enggan meminum obat?
Ketika anak kebelet buang air kecil, maka salah siapa kalau kemudian dia lebih memilih ngompol di celana daripada harus ke kamar mandi sendirian?
Mungkin menakut - nakuti yang seringkali mudah kita lakukan, sesaat terlihat sukses. Namun ke depannya kecerobohan kita sebagai orang dewasa yang dengan dalih pembenaran apapun telah menjadikan menakut - nakuti ini sebagai strategi menghentikan mereka, patut berfikir ulang. Bukankah pendidikan itu sedari dini?
0 komentar:
Posting Komentar