saksikan bahwa Aku Seorang Muslim
Mari mengintip perjalanan pertama saya hari ini. Sebuah karya yang akrab, mengajak pembacanya bicara dan terlibat dalam gagasan. Pada Bagian, yang menuturkan dengan ilmu dan runut akan logika mengapa kaum jahiliyah gencar menghadang jalan dakwah.
Tertulis di sudut kanan atas, Di Bukit Shafa. Bukit dimana Rasul berdiri diketinggian, mengabarkan kalimat tauhid kepada kaum Quraisy yang telah berkumpul, menyahut panggilannya.
...
"Apa pendapat kalian sekiranya kukabarkan bahwa di balik bukit ini sepasukan berkuda bersenjata lengkap mengepung, siap menyerbu Makkah dan melumatkannya?"
Berebut jawaban itu seakan, "Kami belum pernah mendengar ada kedustaan keluar dari lisanmu. Benar. Kami tidak pernah
Tertulis di sudut kanan atas, Di Bukit Shafa. Bukit dimana Rasul berdiri diketinggian, mengabarkan kalimat tauhid kepada kaum Quraisy yang telah berkumpul, menyahut panggilannya.
...
"Apa pendapat kalian sekiranya kukabarkan bahwa di balik bukit ini sepasukan berkuda bersenjata lengkap mengepung, siap menyerbu Makkah dan melumatkannya?"
Berebut jawaban itu seakan, "Kami belum pernah mendengar ada kedustaan keluar dari lisanmu. Benar. Kami tidak pernah
menyesap darimu kecuali kejujuran. Engkau adalah Al - Amin!"
Ia tersenyum sebelum melanjutkan, "sesungguhnya aku adalah pembawa peringatan dari sisi Allah sebelum datangnya 'adzab yang besar.."
Kalimat itu belum terselesaikan ketika tiba - tiba seorang lelaki berkulit putih, bermata juling, dan berpakaian sutera dengan sikap badan menantang maju ke depan, mengacungkan telunjuknya ke wajah sang Rasul sambil berteriak, "Tabban Laka Ya Muhammad!!! Alihaadza jama'tanaa?!! Binasa engkau Muhammad!!! Apakah untuk urusan seremeh ini kami semua engkau kumpulkan?!!"
Yang belum mengenal lelaki juling itupun berbisik pada orang di sebelehnya, "Siapa dia?"
"Pamannya, Abu Lahab."
Saat itulah turun ayat Allah membalas perkataan Tabban laka Ya Muhammad yang diucapkannya. "Tabbat yadaa Abi Lahaabiw wa Tabb! Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar - benar binasa!" Abu Lahab nama yang abadi di dalam Al - Quran sebagai lambang penentangan da'wah.
Seperti Abu Jahl, Abu Lahab jauh dari kebodohan dalam makna asosiatif yang melekat dibenak kita. Selalu ada motivasi lain dalam penentangannya di luar ketidaktahuan dan sikap tidak mau tahu. Baginya apa yang dibawa sang keponakan membahayakan kemapanan Quraisy, kaumnya sendiri.
Apa jadinya bisnis peribadahan pagan yang menghidupi dirinya dan penduduk Makkah jika ajaran Muhammad itu diterima? Apajadinya jika Quraisy tak lagi menjadi pemimpin seluruh jazirah dalam sistem kepercayaan yang menurut mereka adalah warisan Ibrahim meski ia sendiri ragu tentang itu? Apa jadinya jika budak sekedudukan dengan tuannya? Ah, ia tak bisa membayangkan betapa kacau hidupnya kelak. Laa ilaaha illallaah berarti penghapusan terhadap segala klaim yang selama ini menjadi sumber penghidupan dan kedudukannya.
Logika Abu Lahab, logika untung-rugi inilah salah satu urat hidup jahiliah. Dalam sejarah, ia menjangkit para pemuka dan pemimpin kaum. Karena logika ini, Fir'aun menuduh Musa hendak merebut kerajaannya. Atas nalar yang sama, Nuh, Huud, Shalih dan yang lainnya tertuduh menjadi penghasut golongan lemah dan hina untuk mengancam stabilitas 'negri yang damai'. Dan penduduk kota wisata Thaif melempar Muhammad dengan batu bukan karen mereka tak bersimpati pada ajakannya. Itu lebih karena hubungan bisnis yang erat dengan para juragan Makkah yang punya banyak villa di kota mereka.
Kedua tangan Abu Lahab telah binasa, dan benar - benar binasa. Tetapi otak jahiliyahnya terwaris hingga hari ini pada mereka yang menentang da'wah dengan logika yang sama.
...
Buku ini sangat tepat dijadikan teman duduk bersama secangkir teh lemon hangat di beranda. Membuat satu kali duduk penuh hikmah lalu bangkit dengan penuh semangat, percaya diri dan bangga akan identitas diri . Ya saksikan bahwa aku seorang muslim!. :)
Ia tersenyum sebelum melanjutkan, "sesungguhnya aku adalah pembawa peringatan dari sisi Allah sebelum datangnya 'adzab yang besar.."
Kalimat itu belum terselesaikan ketika tiba - tiba seorang lelaki berkulit putih, bermata juling, dan berpakaian sutera dengan sikap badan menantang maju ke depan, mengacungkan telunjuknya ke wajah sang Rasul sambil berteriak, "Tabban Laka Ya Muhammad!!! Alihaadza jama'tanaa?!! Binasa engkau Muhammad!!! Apakah untuk urusan seremeh ini kami semua engkau kumpulkan?!!"
Yang belum mengenal lelaki juling itupun berbisik pada orang di sebelehnya, "Siapa dia?"
"Pamannya, Abu Lahab."
Saat itulah turun ayat Allah membalas perkataan Tabban laka Ya Muhammad yang diucapkannya. "Tabbat yadaa Abi Lahaabiw wa Tabb! Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar - benar binasa!" Abu Lahab nama yang abadi di dalam Al - Quran sebagai lambang penentangan da'wah.
Seperti Abu Jahl, Abu Lahab jauh dari kebodohan dalam makna asosiatif yang melekat dibenak kita. Selalu ada motivasi lain dalam penentangannya di luar ketidaktahuan dan sikap tidak mau tahu. Baginya apa yang dibawa sang keponakan membahayakan kemapanan Quraisy, kaumnya sendiri.
Apa jadinya bisnis peribadahan pagan yang menghidupi dirinya dan penduduk Makkah jika ajaran Muhammad itu diterima? Apajadinya jika Quraisy tak lagi menjadi pemimpin seluruh jazirah dalam sistem kepercayaan yang menurut mereka adalah warisan Ibrahim meski ia sendiri ragu tentang itu? Apa jadinya jika budak sekedudukan dengan tuannya? Ah, ia tak bisa membayangkan betapa kacau hidupnya kelak. Laa ilaaha illallaah berarti penghapusan terhadap segala klaim yang selama ini menjadi sumber penghidupan dan kedudukannya.
Logika Abu Lahab, logika untung-rugi inilah salah satu urat hidup jahiliah. Dalam sejarah, ia menjangkit para pemuka dan pemimpin kaum. Karena logika ini, Fir'aun menuduh Musa hendak merebut kerajaannya. Atas nalar yang sama, Nuh, Huud, Shalih dan yang lainnya tertuduh menjadi penghasut golongan lemah dan hina untuk mengancam stabilitas 'negri yang damai'. Dan penduduk kota wisata Thaif melempar Muhammad dengan batu bukan karen mereka tak bersimpati pada ajakannya. Itu lebih karena hubungan bisnis yang erat dengan para juragan Makkah yang punya banyak villa di kota mereka.
Kedua tangan Abu Lahab telah binasa, dan benar - benar binasa. Tetapi otak jahiliyahnya terwaris hingga hari ini pada mereka yang menentang da'wah dengan logika yang sama.
...
Buku ini sangat tepat dijadikan teman duduk bersama secangkir teh lemon hangat di beranda. Membuat satu kali duduk penuh hikmah lalu bangkit dengan penuh semangat, percaya diri dan bangga akan identitas diri . Ya saksikan bahwa aku seorang muslim!. :)
0 komentar:
Posting Komentar