Teko
Ada yang unik dari teko di hadapanku. Sudah beberapa waktu ini kuperhatikan ia. Bukan rupa teko yang bersih mengkilap sebab dibersihkan setiap waktu. Akan tetapi, isinya.
Bila diisi dengan teh lemon, maka teh bearoma lemon yang keluar darinya. Bila diisi dengan kopi, maka sepekat kopi hitam yang keluar darinya. Dan bila diisi dengan air putih, maka sebening air putih yang keluar darinya. Tak pernah tertukar. Tak pernah teko beriisi teh lemon, namun yang keluar sebening air putih. Tak pernah teko berisi kopi hitam, lalu yang keluar darinya air putih yang bening. Ya! Tidak sekalipun pernah tertukar.
Bila teh lemon dan kopi tak bisa dinikmati sesukanya, sebab akan merusak kesehatan. Maka air putih adalah kebutuhan yang semakin banyak kita konsumsi, semakin menyehatkan tubuh.
Aku melihat seperti inilah diri kita, seperti teko. Bukan mempermasalahkan rupa teko, dan pula ketidakpantasan isi dari teko. Bukan mempermasalahkan rupa manusia, dan siapa diri manusia tersebut. Hanya saja ketika seorang manusia senantiasa mengisi dirinya dengan ilmu dan amal -yang diumpamakan dengan air putih-, maka yang keluar dari dirinya pastilah hasil dari ketaatannya (pada Allah) tersebut. Semakin banyak ia mengisi hidupnya dengan ilmu dan amal, semakin bercahaya wajahnya. Buah tuturnya lembut, akhlaknya terpuji. Menjadi sosok yang dicintai, dirindukan, serta bermanfaat bagi banyak manusia. Bagi orang dan makhluk di sekitarnya. Di dirinya, ada kemuliaan yang dijanjikan Allah. Subhanallah.
Aku, kamu, dan mereka, telah mengisi diri ini dengan apa? Apakah dengan ilmu dan amal yang diperintahkan Allah? Ataukah sekedar menjalani hidup tanpa memperdulikan apa yang masuk ke dalam diri kita?
Bila diisi dengan teh lemon, maka teh bearoma lemon yang keluar darinya. Bila diisi dengan kopi, maka sepekat kopi hitam yang keluar darinya. Dan bila diisi dengan air putih, maka sebening air putih yang keluar darinya. Tak pernah tertukar. Tak pernah teko beriisi teh lemon, namun yang keluar sebening air putih. Tak pernah teko berisi kopi hitam, lalu yang keluar darinya air putih yang bening. Ya! Tidak sekalipun pernah tertukar.
Bila teh lemon dan kopi tak bisa dinikmati sesukanya, sebab akan merusak kesehatan. Maka air putih adalah kebutuhan yang semakin banyak kita konsumsi, semakin menyehatkan tubuh.
Aku melihat seperti inilah diri kita, seperti teko. Bukan mempermasalahkan rupa teko, dan pula ketidakpantasan isi dari teko. Bukan mempermasalahkan rupa manusia, dan siapa diri manusia tersebut. Hanya saja ketika seorang manusia senantiasa mengisi dirinya dengan ilmu dan amal -yang diumpamakan dengan air putih-, maka yang keluar dari dirinya pastilah hasil dari ketaatannya (pada Allah) tersebut. Semakin banyak ia mengisi hidupnya dengan ilmu dan amal, semakin bercahaya wajahnya. Buah tuturnya lembut, akhlaknya terpuji. Menjadi sosok yang dicintai, dirindukan, serta bermanfaat bagi banyak manusia. Bagi orang dan makhluk di sekitarnya. Di dirinya, ada kemuliaan yang dijanjikan Allah. Subhanallah.
Aku, kamu, dan mereka, telah mengisi diri ini dengan apa? Apakah dengan ilmu dan amal yang diperintahkan Allah? Ataukah sekedar menjalani hidup tanpa memperdulikan apa yang masuk ke dalam diri kita?
0 komentar:
Posting Komentar