Tegar Di Atas Sunnah

Kabar Muslimah

Efek Bata Merah

>> Minggu, 13 Juni 2010

"Oke. 10 menit lagi saya kesana."

Sudah hampir 20 menit menunggu, namun orang yang berjanji tak kunjung datang. Apakah dia membatalkan janji sepihak?

Pada menit ke 25, akhirnya orang tersebut tiba dengan tidak kekurangan apapun fisiknya. Sehat wal afiat. Lalu bagaimana dengan janji 10 menitnya tadi?

"ya kan aku bilang 10 menit. Darimana sepuluh menitnya start, kan aku tidak menjanjikan. .hehe" jawabnya ringan mengklarifikasi keterlambatan. Tanpa dia mencari tahu dan ambil perduli bagaimana orang yang dijanjikan 10 menit olehnya, telah menggunakan waktu 10 menit itu bersiap secepat mungkin agar tepat waktu.

Apakah tidak boleh bercanda? Tentu saja boleh. Hanya saja harus cermat memilih situasinya ya sahabatku. Masa iya kita seenaknya membuat orang lain menunggu? Bagaimana bila menunggunya dia ternyata seperti efek bata merah yang
tersusun tegak berjejer. Yakni ketika satu bata di senggol, terjatuh, ternyata menjatuhkan jejeran bata merah lainnya. Bisa jadi begitu, perbuatan kita memberi dampak seperti itu. Menunggunya si A, membuat si B menunggu si A, lalu si C menunggu si B. Padahal semua itu berawal dari satu orang saja, yaitu satu pihak yang tidak tepat waktu janjinya. Yang seenaknya.

Bagaimana bila terlalu sering melakukannya? Ya seperti yang kita lihat pada akhirnya orang - orang yang telah terbiasa diperlakukannya seperti itu. Menggelari dirinya 'manusia ngaret'. Ketika perbuatan efek batu bata merah nya tersebut berbalik kepada manusia ngaret itu tadi, apakah dia akan merasa biasa - biasa saja tidak ya? Hmm..

Terlepas dari kita menerima kekurangan teman atau sesiapapun yang bersikap ngaret tersebut, tetap saja kebiasaan buruk dia adalah penyakit. Penyakit di dalam dada namanya. Yang kalau dibiarkan, akan menulari kita. Loh kok bisa? Sudah seperti virus influenza saja! Bisa dunk. terutama bila kita telah terbiasa diperlakukan demikian. Membuat kita (keterbiasaan kita mendapat perlakuan tersebut) menjadi biasa saja dengan perbuatan jam ngaret alias tidak on time. Sehingga kita jadi bingung niy.. Tak mampu lagi membedakan, baik tidaknya perbuatan jam ngaret. Terlebih yang dikemas dengan maksud bercanda tadi. Jadi aja ngeles seperti dialog di atas, menjadi pemoles mengatasi kelalaian kita. Padahal tetap saja intinya satu: Tidak on time!.Tidak on time, tidak tepat janji, akan tetapi dibuat seindah mungkin bahwa itu bukanlah kesalahannya.
 
Saya mendapat pelajaran beharga ketika seorang dosen memarahi saya dengan fakta dan logika ketika saya masuk ke kelasnya dengan terlambat. Satu pesan yang penting setelah beliau memberi saya kesempatan berbicara. Tidak perlu beralasan (baca: dalih)! Tidak dibutuhkan dalih. Yang dibutuhkan adalah kejujuran dan kesungguhan. Tidak ada yang mengetahui dalihmu apakah benar atau dusta belaka. Tidak ada yang mengetahui kecuali Allah yang Maha Mengetahui setiap apa yang dinyatakan dan setiap apa yang disembunyikan. Sedangkan kejujuran dan kesungguhan kita dalam memenuhi janji, sejatinya kita sangat pahami itu!
Ya begitulah. Sebagai muslim, sudah sepantasnya kita berakhlak sebagaimana akhlak muslim. Termasuk perihal bagaimana membuat janji dan memenuhi janji, Allah sudah mengaturnya dengan indah. Selayak yang kita butuhkan :P. Ucapkanlah janji dengan kesungguhan tanpa mengandung unsur sepihak ataupun ambigu (tidak seperti contoh dialog diatas loh ya). Bersegeralah memenuhi janji. Bila diperkirakan bahwa kita akan telat atau terjadi perubahan yang tidak diduga, segera kabari orang yang dijanjikan. Agar teman atau sesiapapun yang menunggu kita, tidak menunggu dengan perasaan kecewa dikarenakan tidak ada kabar dan kejelasan akan situasi yang terjadi. Mana tahu dengan kabar dari kita, mereka jadi bisa memanfaatkan waktu menunggunya dengan efektif.

0 komentar:

Posting Komentar

English French German Spain

Italian Dutch Russian Brazil

Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

tamu

Pengikut

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP