Tegar Di Atas Sunnah

Kabar Muslimah

Belajar Melihat dan Mendengar mereka

>> Jumat, 01 Oktober 2010

Belajar dari potret hubungan antara ibu dan anak, tidak dapat dihindari bahwa seorang ibu mesti mahir/jeli dalam mengenal pola perilaku anaknya yang masih kanak - kanak. Kapan si anak merasa bosan, jenuh, lapar, kekenyangan, kelebihan energi, butuh bermain, lelah, ngantuk, butuh istirahat, ingin ngemil, dan sebagainya. Yang mana kondisi tersebut dapat memengaruhi suasana hati mereka. Pada situasi inilah, dimana situasi menjadi tidak terrkontrol bila si anak merasa sang ibu tidak peduli padanya. Mereka bertingkah yang kerap sekali memancing kemarahan orang di sekitarnya, terutama sang ibu.

Lagi - lagi ibu diharapkan untuk mengalah (iya dunk masa mau ikutan jadi kekanakan seperti anaknya? Hehe). Maksudnya, ibu di harapkan lebih bijak menyikapi kelakuan anaknya yang tidak terkendali tersebut. Banyak - banyak bersabar, istighfar. Agar tidak dikuasai oleh rasa marah yang membuat seseorang menjadi gegabah dalam berucap dan bersikap. Mengeluarkan kalimat - kalimat negatif yang sama sekali tidak berfaedah, bahkan sangat buruk untuk perlakuan seorang dewasa kepada kanak - kanak.

Kita sebagai orang dewasa, mau ga mau harus cermat dan banyak belajar untuk membedakan pada saat mana kelakuan anak - anak itu adalah bagian dari masa kanak - kanaknya atau bukan. Ketika kita salah mengambil sikap, bisa jadi kita tengah memberikan pelajaran yang salah kepada mereka. Padahal mereka dalam tahap pembelajaran. Misalnya ketika anak perempuan empat tahun anda memaksa untuk ikut mencuci piring.
Seperti yang kita lihat, mereka belum mampu mengerjakannya dan hanya membuat pekerjaan semakin bertambah ribet, yakni yang tadinya mencuci piring jadi harus mengepel lantai dan membasuh ulang piring tersebut, belum lagi si anak harus mengganti bajunya dikarenakan basah, serta memperlama pekerjaan mencuci piring kita. wew..benar - benar bikin ribet ya! Membuat kita kapok dan ketika dia merengek, memaksa untuk ikutan mencuci piring lagi, seketika ingatan kita akan pengalaman kemarin, berteriak katakan "Jangan!" atau rerupa kalimat larangan lainnya yang bernada negatif.

Kata "jangan!" bukan kalimat efektif untuk membuat anak - anak berhenti. Justru kata "jangan!" seolah menjadi sebuah tantangan yang menarik bagi mereka. Kerap kali perintah larangan yang mengikuti kata "jangan!" tadi, berubah menjadi sebuah perintah untuk dilanggar.

_________________________________
menghabiskan waktu dengan anak - anak itu unik
dan tiap anakpun memang unik
sehingga tidak bisa mendapat perlakuan sama rata





0 komentar:

Posting Komentar

English French German Spain

Italian Dutch Russian Brazil

Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

tamu

Pengikut

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP