FB
"Perempuan klo sudah menikah, sebaiknya tidak fesbukan.", pendapat abang saya sebagai seorang lelaki.
"Tapi..", lanjutnya. Bagaimana kelanjutan dari "tapi"? Nanti saya bagi :P
Facebook, sejauh ini saya sangat setuju dengan pendapat penulis disini. Bisa jadi dengan fesbukan ada manfaatnya. Semisal, memasarkan bisnis, menghubungkan, mempertemukan kita dengan kawan lama yang telah bertahun - tahun kehilangan komunikasi. Bahkan dengan kecanggihan yang difasilitasi fesbuk, mampu memperpendek jarak bermil - mil. Seakan tiada tembok pembatas lagi antara kita dengan sesiapapun yang hendak kita temui. Menyapa, mengobrol, berbagi cerita, hobi, dan gambar, menjadi teramat mudah. Sayangnya, bila kita kurang berhati - hati mensiasati nafsu, maka yang terjadi adalah jempol ini dengan mudahnya membagi hal - hal pribadi yang seharusnya tidak perlu dibagikan ke khalayak banyak., lewat apdetan status. Sebenarnya pula bahasa status itu hanya ditujukan ke orang tertentu saja. Semisal seorang atau beberapa orang yang memang memiliki keterikatan emosional akan hal yang dimaksud. (Nahloh?? tapi dibaca banyak orang)
Saya pribadi punya akun fesbuk. Pertama, ianya demi mempertemukan dan menghubungkan saya dengan kawan lama yang jaraknya bermil - mil jauhnya. Manfaat kedua, tempat curhat saya ketika tulisan tidak mengenal waktu dan tempat, seenaknya berdesak - desakan hendak segera keluar dari kepala saya. Terkadang membaginya dengan bahasa singkat ala status, seringnya lewat note.
Namun kemudian, saya memutuskan untuk meninggalkan akun tersebut setelah mendengar lalu memikirkan masak - masak nasehat seorang ust dalam tanya jawab 'Bahaya fitnah syahwat' yang diasuhnya. Ketika itu ada yang bertanya "Apakah boleh seorang wanita bergabung di facebook?". Jawab beliau yang saya tangkap yakni: meskipun niat kita bergabung fesbuk adalah bertujuan dakwah, namun kita tidak pernah tahu kapan kita tergelincir (seperti yang diungkapkan dalam tulisan 'ketika iffah mulai luntur (dibalik fenomena facebook'). Karena sunnatullah nya, iman itu naik turun. Untuk lebih jelasnya, silakan simak nasehat tentang Facebook disini.
Ohiya tentang lanjutan obrolan dengan abang saya tadi. Dia bilang begini untuk menanggapi saya yang telah memutuskan off dari fesbuk, "tapiii....karena kamu belum nikah ini. Ya gapapa kale fesbukan. Kali aja ketemu jodoh..haha". (Ealaaahh gusraaakk _ _").
Abang yang gaul memang. Tetapi setidaknya membuat saya tahu pendapat jujur lelaki melihat fenomena wanita dengan facebook-nya. Semakin membulatkan niat untuk meningglkan akun. Lalu kembali menjalin silaturahmi dan berdakwah sebagaimana biasanya sebelum mengenal fesbuk.
Demikian kenapa YM saya jarang ol dan ID saya tidak kawan - kawan temukan lagi di Facebook. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolonganNya agar tulisan - tulisan yang ada bermanfaat bagi kita semua. Dan insyaAllah silaturahmi tetap terjalin meski tanpa f-e-s-b-u-k...daripada lewat fesbuk, klo ada yang mau kirim kolak langsung ke rumah aja yaa. lebih nyata dayooo :)..hehe
"Tapi..", lanjutnya. Bagaimana kelanjutan dari "tapi"? Nanti saya bagi :P
Facebook, sejauh ini saya sangat setuju dengan pendapat penulis disini. Bisa jadi dengan fesbukan ada manfaatnya. Semisal, memasarkan bisnis, menghubungkan, mempertemukan kita dengan kawan lama yang telah bertahun - tahun kehilangan komunikasi. Bahkan dengan kecanggihan yang difasilitasi fesbuk, mampu memperpendek jarak bermil - mil. Seakan tiada tembok pembatas lagi antara kita dengan sesiapapun yang hendak kita temui. Menyapa, mengobrol, berbagi cerita, hobi, dan gambar, menjadi teramat mudah. Sayangnya, bila kita kurang berhati - hati mensiasati nafsu, maka yang terjadi adalah jempol ini dengan mudahnya membagi hal - hal pribadi yang seharusnya tidak perlu dibagikan ke khalayak banyak., lewat apdetan status. Sebenarnya pula bahasa status itu hanya ditujukan ke orang tertentu saja. Semisal seorang atau beberapa orang yang memang memiliki keterikatan emosional akan hal yang dimaksud. (Nahloh?? tapi dibaca banyak orang)
Saya pribadi punya akun fesbuk. Pertama, ianya demi mempertemukan dan menghubungkan saya dengan kawan lama yang jaraknya bermil - mil jauhnya. Manfaat kedua, tempat curhat saya ketika tulisan tidak mengenal waktu dan tempat, seenaknya berdesak - desakan hendak segera keluar dari kepala saya. Terkadang membaginya dengan bahasa singkat ala status, seringnya lewat note.
Namun kemudian, saya memutuskan untuk meninggalkan akun tersebut setelah mendengar lalu memikirkan masak - masak nasehat seorang ust dalam tanya jawab 'Bahaya fitnah syahwat' yang diasuhnya. Ketika itu ada yang bertanya "Apakah boleh seorang wanita bergabung di facebook?". Jawab beliau yang saya tangkap yakni: meskipun niat kita bergabung fesbuk adalah bertujuan dakwah, namun kita tidak pernah tahu kapan kita tergelincir (seperti yang diungkapkan dalam tulisan 'ketika iffah mulai luntur (dibalik fenomena facebook'). Karena sunnatullah nya, iman itu naik turun. Untuk lebih jelasnya, silakan simak nasehat tentang Facebook disini.
Ohiya tentang lanjutan obrolan dengan abang saya tadi. Dia bilang begini untuk menanggapi saya yang telah memutuskan off dari fesbuk, "tapiii....karena kamu belum nikah ini. Ya gapapa kale fesbukan. Kali aja ketemu jodoh..haha". (Ealaaahh gusraaakk _ _").
Abang yang gaul memang. Tetapi setidaknya membuat saya tahu pendapat jujur lelaki melihat fenomena wanita dengan facebook-nya. Semakin membulatkan niat untuk meningglkan akun. Lalu kembali menjalin silaturahmi dan berdakwah sebagaimana biasanya sebelum mengenal fesbuk.
Demikian kenapa YM saya jarang ol dan ID saya tidak kawan - kawan temukan lagi di Facebook. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolonganNya agar tulisan - tulisan yang ada bermanfaat bagi kita semua. Dan insyaAllah silaturahmi tetap terjalin meski tanpa f-e-s-b-u-k...daripada lewat fesbuk, klo ada yang mau kirim kolak langsung ke rumah aja yaa. lebih nyata dayooo :)..hehe
0 komentar:
Posting Komentar