Perempuan dan Beladiri
"Sebelum datang ke dojo, saya sudah mencari tahu apa - apa saja yang terkait dengan beladiri ini. Termasuk sejarah, istilah - istilahnya, serta prinsip dari tiap gerakan dalam beladiri ini. Dari apa yang saya ketahui, saya percaya setiap gerakan yang ada tidak membuat saya kehilangan fitrah saya sebagai perempuan. Maksudnya, meski ianya sebuah beladiri yang didominasi kaum lelaki, namun pola gerakan yang berprinsip untuk mempertahankan diri dari serangan dan bukan menyerang, menjadikannya cocok dengan apa yang saya cari dalam mempelajari dan menguasai ilmu beladiri. Ditambah pula, sepertinya saya tetap bisa berpenampilan feminim, Sei. Tidak kelaki-lakian (Hehehe..padahal cukup kaku dan formal di awal memperkenalkan diri. Tapi melihat sensei dan minnasan yang pembawaannya ramah, membuat saya sedikit lebih rilex :D). Karenanya saya memutuskan memilih bergabung -pada beladiri tersebut- diantara banyak beladiri yang ada! Mohon bantuannya. Sekian. Doumo arigatou."
Tidak ada yang tahu ketika itu, pengamatan selama latihan membuat saya pulang ke rumah membawa kebimbangan.
Perjumpaan pertama telah membuat saya jatuh hati pada beladiri itu, pada matras itu. Akan tetapi, memutuskan untuk totally terjun ke dalamnya dengan segala konsekuensi yang ada? (Yakni campur baur dengan lelaki) Membuat saya berat untuk datang kembali. Terlebih sensei yang sedikit banyaknya memahami adab pergaulan dalam islam (asyiiikk nemu sensei yang paham agama..jarang-jarang ih), ternyata tidak bisa bertindak lebih dengan memberi pengecualian bagi saya untuk tidak berpasangan dengan rekan lelaki dalam setiap latihan. Nahloh? Bagaimana ini? Bersalaman dengan yang bukan mahram aja berat banget dosanya.
Jadilah pergelutan yang hebat antara logika dan hati. Si logika mengatakan kepada saya bahwa beladiri dirasa perlu bagi saya, terlebih jaman yang kini makin edan. Pelecehan dan tindakan kriminal yang kerap mengintip para perempuan. Tidak siang tidak malam. Keluar rumah bersendiri mulai tidak aman, meski keluar rumahnya perempuan bertujuan untuk hadir di halaqoh sekalipun. Lagipula dengan beladiri tubuh menjadi sehat. Ini modal yang bagus bila suatu saat harus terjun ke medan dakwah yang berat? (ke masjid yang banyak anak tangganya maksudnya, jadi biar gak ngos-ngosan menapaki tiap anak tangga..hehehe)
Tibalah giliran sekeping hati untuk menyampaikan argumentasinya. Cukup dengan bicaranya yang lembut dan vokal yang jelas, mengingatkan satu hal saja: Wahai diri..bila engkau menemukan tidak ada yang salah akannya, lalu mengapa engkau meragu untuk segera bergabung?
Logika kalah telak. Surat mengundurkan diripun langsung disampaikan kepada sensei. Karena sadar sebenarnya ia tidak benar - benar memiliki dalih pembenaran yang membolehkannya. Lagipula dalam sadarnya, jauh sebelum jatuh hati pada matras itu, pada seni beladiri dari jepang itu. Kehidupan telah mengajarkan satu hal penting: Bila saja mengijinkan diri melakukan kesalahan kecil, maka bersiaplah terjebak untuk melakukan kesalahan - kesalahan kecil lainnya. Maksudnya, bila diri sekali saja membuat dalih pembenaran untuk mebolehkan diri kita melanggar apa yang jelas - jelas dilarang agama, maka kedepannya pertahanan kita menjadi lemah. Tak sanggup bertahan ketika nafsu berbisik menggoda "ah gapapa. sekali ini saja kok. lagian bukan dosa besar inikan?"
"Apa yang kamu lakukan jika suatu saat seorang penjahat menyerangmu?" logika dari luar datang membujuk kembali, berusaha menggoyahkan keputusan membulat yang telah memilih suara hati untuk tidak jadi bergabung.
Alhamdulillah. Kini, kesabaran itu berbuah hasil. InsyaAllah tahun depan mereka berencana membuka dojo khusus perempuan.
Beladiri memang perlu. Tetapi menjaga hijab lebih utama :)
_____________________________________
artikel terkait:
Mengintip Seputar Campur Baur Laki-Laki dan Perempuan
Tidak ada yang tahu ketika itu, pengamatan selama latihan membuat saya pulang ke rumah membawa kebimbangan.
Perjumpaan pertama telah membuat saya jatuh hati pada beladiri itu, pada matras itu. Akan tetapi, memutuskan untuk totally terjun ke dalamnya dengan segala konsekuensi yang ada? (Yakni campur baur dengan lelaki) Membuat saya berat untuk datang kembali. Terlebih sensei yang sedikit banyaknya memahami adab pergaulan dalam islam (asyiiikk nemu sensei yang paham agama..jarang-jarang ih), ternyata tidak bisa bertindak lebih dengan memberi pengecualian bagi saya untuk tidak berpasangan dengan rekan lelaki dalam setiap latihan. Nahloh? Bagaimana ini? Bersalaman dengan yang bukan mahram aja berat banget dosanya.
Jadilah pergelutan yang hebat antara logika dan hati. Si logika mengatakan kepada saya bahwa beladiri dirasa perlu bagi saya, terlebih jaman yang kini makin edan. Pelecehan dan tindakan kriminal yang kerap mengintip para perempuan. Tidak siang tidak malam. Keluar rumah bersendiri mulai tidak aman, meski keluar rumahnya perempuan bertujuan untuk hadir di halaqoh sekalipun. Lagipula dengan beladiri tubuh menjadi sehat. Ini modal yang bagus bila suatu saat harus terjun ke medan dakwah yang berat? (ke masjid yang banyak anak tangganya maksudnya, jadi biar gak ngos-ngosan menapaki tiap anak tangga..hehehe)
Tibalah giliran sekeping hati untuk menyampaikan argumentasinya. Cukup dengan bicaranya yang lembut dan vokal yang jelas, mengingatkan satu hal saja: Wahai diri..bila engkau menemukan tidak ada yang salah akannya, lalu mengapa engkau meragu untuk segera bergabung?
Logika kalah telak. Surat mengundurkan diripun langsung disampaikan kepada sensei. Karena sadar sebenarnya ia tidak benar - benar memiliki dalih pembenaran yang membolehkannya. Lagipula dalam sadarnya, jauh sebelum jatuh hati pada matras itu, pada seni beladiri dari jepang itu. Kehidupan telah mengajarkan satu hal penting: Bila saja mengijinkan diri melakukan kesalahan kecil, maka bersiaplah terjebak untuk melakukan kesalahan - kesalahan kecil lainnya. Maksudnya, bila diri sekali saja membuat dalih pembenaran untuk mebolehkan diri kita melanggar apa yang jelas - jelas dilarang agama, maka kedepannya pertahanan kita menjadi lemah. Tak sanggup bertahan ketika nafsu berbisik menggoda "ah gapapa. sekali ini saja kok. lagian bukan dosa besar inikan?"
"Apa yang kamu lakukan jika suatu saat seorang penjahat menyerangmu?" logika dari luar datang membujuk kembali, berusaha menggoyahkan keputusan membulat yang telah memilih suara hati untuk tidak jadi bergabung.
Alhamdulillah. Kini, kesabaran itu berbuah hasil. InsyaAllah tahun depan mereka berencana membuka dojo khusus perempuan.
Beladiri memang perlu. Tetapi menjaga hijab lebih utama :)
_____________________________________
artikel terkait:
Mengintip Seputar Campur Baur Laki-Laki dan Perempuan
0 komentar:
Posting Komentar